Minggu, 06 Maret 2016

MINGGU ke-2: BERMAIN LOMPAT TALI

Selamat hari Minggu sahabat pancasila! Berikut ini akan kami update aksi nyata pelestarian dolanan tradisional yang kami lakukan bersama adik-adik santriwan/santriwati TPA Nurul Huda Kaplingan Surakarta. Kira-kira permainan apa ya yang akan kami angkat di minggu ini...?Penasaran?Yuk simak aksi kami berikut ini!

Tepat pada hari Sabtu, 5 Maret 2016, pukul 17.00 WIB kemarin kami melanjutkan aksi nyata pelestarian dolanan tradisional di minggu kedua. Sesuai agenda, dolanan tradisional yang akan kembali kami hadirkan adalah LOMPAT TALI. Nah!Tentunya permainan yang satu ini sudah tidak asing lagi kan? Khususnya untuk para perempuan, permainan ini akan memberikan kenangan masa kecil yang sangat indah di zamannya.

Mungkin benar jika beberapa dari kita dulu sangat mahir memainkan dolanan ini dengan berbagai teknik dan gaya. Tapi apa kalian pernah tau bagimana permainan ini bisa berkembang?Pasti banyak yang belum tahu kan?Tenang sahabat pancasila, berikut akan kami paparkan asal-usul permainan lompat tali. Yuk kita lihat sama-sama!




Permainan lompat tali ini bisa di temukan hampir di seluh indonesia meskipun dengan nama yang berbeda-beda. Permainan lompat tali ini biasanya identik dengan kaum perempuan. tetapi juga tidak sedikit anak laki-laki yang ikut bermain. Salah satu nama permainan ini yaitu permainan Tali Merdeka yang dikenal oleh masyarakat di propinsi RIAU dan sekitarnya.



Permainan Tali Merdeka adalah sebutan untuk mereka yang tinggal di Provinsi Riau. Di daerah yang masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan Melayu ini ada sebuah permainan yang disebut sebagai tali merdeka. Inti dari permainan ini adalah melompat tali-karet yang tersimpul. Penamaan permainan ini ada kaitannya dengan tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan pemain itu sendiri, khususnya pada lompatan yang terakhir. Pada lompatan ini (yang terakhir), tali direnggangkan oleh pemegangnya setinggi kepalan tangan yang diacungkan ke udara. Kepalan tangan tersebut hampir mirip dengan apa yang dilakukan oleh para pejuang ketika mengucapkan kata “merdeka”.

Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan itulah yang kemudian dijadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan dan dari mana permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti. Namun, dari nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini muncul di zaman penjajahan. Sebenarnya di daerah lain indonesia juga banyak di temukan permainan ini tapi dengan nama yang berbeda misal dengan nama
Lompat Tali, Lompatan, dan lainnya.


Pemain tali merdeka ini berjumlah 3--10 orang. Pemain dibagi dalam dua kelompok, yaitu pemegang karet dan pelompat karet. Pada umumnya permainan ini dilakukan oleh kaum perempuan yang masih berusia antara 7-15 tahun. Kaum perempuan yang telah berumur lebih dari 15 tahun biasanya akan segan untuk ikut bermain, karena takut auratnya akan terlihat sewaktu melompati tali karet. Kalau pun ada yang ikut bermain, biasanya hanya sebagai penggembira saja dan hanya melompat saat ketinggian tali masih sebatas lutut atau pinggang. Sedangkan kaum laki-laki hanya kadang kala saja ikut serta dalam permainan. 

Untuk arena permainan ini sendiri tidak membutuhkan tempat yang luas. Oleh karena itu, dapat dimainkan di mana saja dan kapan saja, seperti: di halaman sekolah (pada waktu istirahat) dan di halaman rumah. 


Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah karet-karet gelang yang dianyam memanjang. Cara menganyamnya adalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga memanjang dengan ukuran sekitar 3--4 meter. Karet-karet tersebut berbentuk bulat seperti gelang yang banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Karet tersebut tidak dijual perbuah, melainkan dalam bentuk satuan berat (gram, ons, dan kilo).

Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat plastik-plastik pembungkus makanan, pengikat rambut dan barang-barang lainnya yang tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet akan mudah putus jika dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda. Oleh karena itu, sewaktu membuat anyaman untuk membentuk tali karet, diperlukan dua buah karet yang disambungkan dengan dua buah karet lain agar tidak lekas putus oleh anggota tubuh pemain yang sedang melompat. Ada kalanya tali-karet dianyam dengan menyambungkan 3-4 buah karet sekaligus, agar tali menjadi semakin kuat dan dapat dipakai berkali-kali.

Gambar diatas adalah media permainan lompat tali yaitu karet-karet gelang yang dianyam memanjang

Permainan tali merdeka tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet tersebut, maka ia akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan berhenti bermain. Namun, apabila gagal sewaktu melompat, pemain tersebut harus menggantikan posisi pemegang tali hingga ada pemain lain yang juga gagal dan menggantikan posisinya.

Ada beberapa ukuran ketinggian tali karet yang harus dilompati, yaitu: (1) tali berada pada batas lutut pemegang tali; (2) tali berada sebatas (di) pinggang (sewaktu melompat pemain tidak boleh mengenai tali karet sebab jika mengenainya, maka ia akan menggantikan posisi pemegang tali; (3) posisi tali berada di dada pemegang tali (pada posisi yang dianggap cukup tinggi ini pemain boleh mengenai tali sewaktu melompat, asalkan lompatannya berada di atas tali dan tidak terjerat); (4) posisi tali sebatas telinga; (5) posisi tali sebatas kepala; (6) posisi tali satu jengkal dari kepala; (7) posisi tali dua jengkal dari kepala; dan (8) posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali. 


Sebelum permainan diadakan, terlebih dahulu akan dipilih dua orang pemain yang akan menjadi pemegang tali dengan jalan gambreng dan suit. Gambreng dilakukan dengan menumpuk telapak tangan masing-masing peserta yang berdiri dan membentuk sebuah lingkaran. Kemudian, secara serentak tangan-tangan tersebut akan diangkat dan diturunkan. Pada saat diturunkan, posisi tangan akan berbeda-beda (ada yang membuka telapak tangannya dan ada pula yang menutupnya). 

Apabila yang terbanyak adalah posisi telapak terbuka, maka yang memperlihatkan punggung tangannya dinyatakan menang dan gambreng akan diulangi lagi hingga nantinya yang tersisa hanya tinggal dua orang peserta yang akan menjadi pemegang tali. Kedua orang tersebut nantinya akan melakukan suit, untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu akan menggantikan pemain yang gagal ketika melompat. Suit adalah adu ketangkasan menggunakan jari-jemari tangan, khususnya ibu jari, jari telunjuk dan jari kelingking. Ibu jari dilambangkan sebagai gajah, jari telunjuk sebagai manusia dan jari kelingking sebagai semut. Apabila ibu jari beradu dengan jari telunjuk, maka ibu jari akan menang, karena gajah akan menang jika bertarung dengan seorang manusia. Namun apabila ibu jari beradu dengan jari kelingking, maka ibu jari akan kalah, sebab semut dapat dengan mudah memasuki telinga gajah, sehingga gajah akan kalah. Sedangkan apabila jari kelingking beradu dengan jari telunjuk, maka jari kelingking akan kalah, sebab semut akan kalah dengan manusia yang mempunyai banyak akal.

Setelah semuanya siap, maka satu-persatu pemain akan melompati tali dengan berbagai macam tahap ketinggian yang telah disebutkan di atas. Pada ketinggian-ketinggian yang sebatas lutut dan pinggang, umumnya para pemain dapat melompatinya, walaupun pada ketinggian tersebut tali tidak boleh tersentuh tubuh pemain. Pada tahap ketinggian yang sebatas dada hingga satu jengkal di atas kepala, mulai ada pemain yang merasa kesulitan untuk melompatinya. Pergantian pemegang tali mulai banyak terjadi pada saat ketinggian tali sebatas hingga dua jengkal di atas kepala. Tahap yang paling sulit adalah ketika tali berada seacungan hasta pemegangnya. Pada tahap ketinggian seperti ini, pada umumnya hanya pemain-pemain yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan atau sering bermain tali merdeka saja yang dapat melompatinya. Agar mempermudah lompatan, pemain juga boleh melakukan gerakan berputar menyamping, yang jika diamati akan nampak seperti perputaran baling-baling.

Gerakan berputar pada umumnya dilakukan oleh anak laki-laki. Selain berputar, pemain juga boleh memegang dan menurunkan tali terlebih dahulu sebelum melompat. Cara ini biasanya dilakukan oleh anak-anak perempuan. Pemain yang telah berhasil melompati tali yang setinggi acungan tangan, akan menunggu pemain lain selesai melompat. Dan, setelah seluruh pemain berhasil melompat, maka tali akan diturunkan kembali sebatas lutut. Begitu seterusnya, hingga pemain merasa lelah dan berhenti bermain. 



Nah sahabat pancasila, akhirnya kita mengetahui bagaimana asal-usul dan cara bermain permainan tradisional lompat tali ini. Bagaimana? Bukankah kita bangga dengan bangsa kita ini? Karena Indonesia ternyata mempunyai banyak sejarah dibalik keberagamannya, termasuk permainan tradisionalnya. Jujur saja, kami generasi tahun 90an sangat merindukan keseruan ketika bermain lompat tali ini bersama teman-teman sepermainan. Alhamdulillah, kemarin kami dapat merasakannya kembali bersama adik-adik TPA Nurul Huda Kaplingan. Mau tahu keseruan kami disana? 
Yuk lihat foto-foto aksi kami berikut videonya juga ya!Seru abis deh pokoknya!





Seperti minggu lalu, santri/santriwati kami kelompokkan menjadi 2 golongan yaitu perempuan dan laki-laki. Proses permainan berlangsung kurang lebih selama satu jam. Tidak terasa waktu berjalan sangat cepat karena kami dan adik-adik santriwan/santriwati terlalu asyik dalam bermain lompat tali ini.

Kendala yang kami alami minggu ini adalah cuaca yang cukup membuat kami khawatir yaitu hujan deras. Namun kami berinisiatif untuk melakukan lompat tali di serambi masjid dan alhamdulillah juga disetujui oleh pengurus masjid Nurul Huda.  Dengan demikian, kami sangat bersyukur aksi kami bisa berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Seperti pertemuan minggu lalu, kami kembali memberikan snack kepada adik-adik santriwan/santriwati TPA Nurul Huda sebagai ungkapan terimakasih karena telah ikut serta dalam melestarika permainan lompat tali yang dewasa ini jarang mereka temui dan mainkan. Dengan demikian, kami sangat bersyukur aksi kami bisa berjalan dengan lancar dan menyenangkan.

Setelah menjalankan aksi kami bermain lompat tali, kami bisa mengambil beberapa nilai postif dari permainan tersebut diantaranya adalah nilai kerja keras yang tercermin dari setiap pemain untuk menaklukan berbagai rintangan pada beberapa ketinggian tali selama permainan. Selain itu, terdapat nilai kecermatan dan ketangkasan yaitu sebarapa akurat para pemain dalam memperkirakan antara tingginya tali dengan lompatan yang akan dilakukan. Dari beberapa nilai positif yang telah kami sebutkan, poin yang paling utama adalah nilai sportivitas yaitu sikap para pemain yang tidak berbuat curang kepada sesama pemain.



2 komentar:

  1. SUKA KALAH JUDI ?
    SUDAH TIDAK JAMAN NYA LAGI
    AYO GABUNG SEKARANG JUGA
    KAMI HADIR DENGAN INOVASI TERBARU DAN TERCANGGIH

    POKER - DOMINO - CAPSA - CEME
    Dengan Jackpot yang berlimpah
    Dan Mudah menang nya setiap hari (PIN BBM : 7AC8D76B)

    BalasHapus
  2. SUKA KALAH JUDI ?
    SUDAH TIDAK JAMAN NYA LAGI
    AYO GABUNG SEKARANG JUGA
    KAMI HADIR DENGAN INOVASI TERBARU DAN TERCANGGIH

    POKER - DOMINO - CAPSA - CEME
    Dengan Jackpot yang berlimpah
    Dan Mudah menang nya setiap hari (PIN BBM : 7AC8D76B)

    BalasHapus