Minggu, 28 Februari 2016

MINGGU ke-1: BERMAIN ENGKLEK







Halo para generasi penerus bangsa! Hari ini kami akan melaporkan aksi nyata minggu pertama dalam rangka merealisasikan proyek "PELESTARIAN DOLANAN TRADISIONAL". Mau tahu dolanan apa yang kami mainkan pada minggu pertama ini? 


Dolanan tradisional yang akan kami lestarikan kali ini yaitu "éngklék". Mendengar dolanan yang satu ini pasti akan membuat kita flashback mengenang masa-masa TK dan SD yang kerap kali memainkan dolanan ini bersama teman-teman sepermainan. Tentu saja, dolanan satu ini sangat seru dan mengasyikkan! Oleh sebab itu, kami kelompok 5 Pancasila Industri A ingin melestarikan permaianan tersebut dengan generasi muda bangsa Indonesia salah satunya yaitu santriwan dan santriwati TPA Nurul Huda Kaplingan Surakarta. Namun sebelum kami melaporkan keseruan aksi kami di lapangan, alangkah baiknya jika kita mengetahui dulu asal-usul permainan tradisional yang satu ini. Yuk kita ikuti penjelasannya!


Permaianan éngklék sebenarnya bernama Sunda manda, atau juga disebut téklék, ingkling, sundamanda / sundah-mandah, jlong jling, lempeng, atau dampu adalah permainan anak tradisional yang populer di Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan.
Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, baik di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Di setiap daerahnya dikenal dengan nama yang berbeda. Terdapat dugaan bahwa nama permainan ini berasal dari "zondag-maandag" yang berasal dari Belanda dan menyebar ke nusantara pada zaman kolonial, walaupun dugaan tersebut adalah pendapat sementara.
Permainan Sunda manda biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan dua sampai lima orang peserta. Di Jawa, permainan ini disebut engklek dan biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Permainan yang serupa dengan peraturan berbeda di Britania Raya disebut dengan hopscotch. Permainan hopscotch tersebut diduga sangat tua dan dimulai dari zaman Kekaisaran Romawi.

Cara bermain éngklék sebenarnya cukup mudah yaitu peserta permainan ini melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambar sebelumnya di tanah.
Untuk dapat bermain, setiap anak harus berbekal gacuk yang biasanya berupa sebentuk pecahan genting, yang juga disebut kreweng, yang dalam permainan, kreweng ini ditempatkan di salah satu petak yang tergambar di tanah dengan cara dilempar, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak / ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.
Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu, berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan "sawah" mereka, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan kedua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki kotak paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini.



 macam-macam petak sebagai area bermain éngklék
gacuk/kreweng berupa pecahan genting






Setelah mengetahui asal-usul éngklék diatas pastinya akan menambah pengetahuan kita tentang  permainan tersebut. Selanjutnya, akan kami laporkan aksi nyata kami di lapangan dalam melestarikan dolanan éngklék berikut ini.

Kami datang tepat pada pukul 14.00 WIB dengan lokasi Masjid Nurul Huda Kaplingan Surakarta. Sesampainya disana, kami sangat senang melihat antusiasme yang besar dari adik-adik santriwan/santriwati TPA Nurul Huda. Kami langsung mengajak mereka bermain dengan cara melukiskan petak-petak di halaman masjid tersebut. Dikarenakan banyaknya santriwan/santriwati yang ikut, kami memutuskan untuk membagi permainan menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Kami sangat bangga karena ternyata mereka dapat memainkan éngklék dengan baik. Senyum dan tawa timbul di sela permainan tersebut. Terkadang, ada yang salah dalam melempar gacuk atau melangkah dalam petak, sehingga harus mengulangi permainan dari awal. Ada juga yang tidak sabar karena mengantri untuk bermain. Namun, mereka tetap menikmati dengan senang hati karena mereka bermain bersama-sama.

Berikut adalah foto-foto keseruan kami, tim Pancasila Kelompok 5 Industri A saat berbaur dengan adik-adik TPA Nurul Huda Kaplingan.










Usai bermain, kami memberikan snack ringan dan minuman sebagai ungkapan terimakasih kepada adik-adik santriwan/santriwati yang telah berpartisipasi dalam menjalankan pelestarian dolanan tradisional éngklék. Setelah istirahat dan menikmati makanan ringan bersama, kami beserta adik adik pun menunaikan sholat ashar berjamaah dan dilanjutkan evaluasi bersama dengan pengurus TPA Masjid Nurul Huda. Pengurus TPA Masjid Nurul Huda pun berterima kasih terhadap kami karena dirasa kami sudah membawa kegiatan positif sekaligus hiburan kepada anak anak di TPA Masjid Nurul Huda Kaplingan, beliau pun menyambut baik dan mempersilakan kami untuk melanjutkan aksi kami selanjutnya selama 7 minggu ke depan.





Alhamdulillah, selama menjalankan aksi kami tidak ada kendala yang terlalu berarti. Hanya saja karena sasaran aksi adalah anak-anak maka kami harus extra bersabar dalam menghadapi tingkah mereka. Namun, hal itu tidak membuat kami mengeluh, karena kami bahagia melihat mereka bisa terhibur dengan bermain permainan tradisional yang saat ini  jarang dijumpai apalagi di daerah perkotaan.

Berikut adalah video rangkuman minggu 1
 

1 komentar:

  1. SUKA KALAH JUDI ?
    SUDAH TIDAK JAMAN NYA LAGI
    AYO GABUNG SEKARANG JUGA
    KAMI HADIR DENGAN INOVASI TERBARU DAN TERCANGGIH

    POKER - DOMINO - CAPSA - CEME
    Dengan Jackpot yang berlimpah
    Dan Mudah menang nya setiap hari (PIN BBM : 7AC8D76B)

    BalasHapus